Kamis, 23 Juni 2016

Laporan Praktikum Hidrologi Pertanian

LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROLOGI PERTANIAN
  
  

Oleh :
Muchammad Kirom
11382100978


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2 0 1 6




ACARA 1 PENENTUAN pH TANAH SECARA SEDERHANA
1.1  Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.  Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain.
Tingkat kesuburan  tanaman pada wmasing-masing tempat tidak sama. Pada tanah asam serta miskin unsur hara, pertumbuhan tanaman akan terganggu sehingga dapat menurunkan produksi secara signifikan. Tanah asam merupakan jenis tanah dengan nilai pH rendah. Terhambatnya pertumbuhan tanaman akibat tanah asam pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai reaksi tanah pada pH rendah tersebut dan dapat merupakan kombinasi dari keracunan aluminium (Al), mangan (Mn), keracunan besi (Fe), serta defisiensi (kahat) unsur P (fosfor), Ca (kalsium), Mg (magnesuim), dan kahat K (kalium). Akan tetapi, faktor yang paling dominan penyebab buruknya pertumbuhan tanaman adalah keracunan Al dan kekurangan unsur P (kahat fosfor).
Pemupukan menggunakan pupuk kandungan nitrogen (N) dan fosfor (P) tinggi ternyata dapat menurunkan nilai pH sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena itu, penggunaan pupuk kandungan N dan P tinggi harus diimbangi dengan pengapuran yang tepat.
Penggunaan bahan organik yang belum selesai melapuk juga dapat menurunkan derajat keasamannya meskipun hanya sementara. Penggunaan bahan organik sebaiknya setelah melapuk karena dapat meningkatkan nilai pH. Jika menggunakan bahan organik segar, sebaiknya diberi masa inkubasi yang cukup dengan tanah, berkisar antara 4-6 minggu untuk menghindari reaksi memasamkan tanah. Di daerah pegunungan dengan suhu rendah, pemberian bahan organik segar terkadang malah diperlukan untuk meningkatkan suhu tanah.
Nilai pH merupakan ciri kimia tanah, menjadi faktor sangat penting dalam menentukan kesuburan tanah karena ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat berkaitan dengan nilai pH. Semakin tinggi nilainya berarti semakin asam tanah tersebut. Populasi dan kegiatan mikroorganisme di dalam tanah juga sangat dipengaruhi oleh tingkat keasaman tanah. Pengukuran nilai pH dapat dengan berbagai cara, yaitu menggunakan kertas lakmus, pH meter dan pH tester. Hal inilah yang akan dilakukan dalam praktikum ini.
B.     Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pH tanah yang terletak di lingkup pertanian dan di sekitar UIN SUSKA

1.2  Tinjauan Pustaka
pH tanah sangat penting untuk di ketahui karena akan menentukan dapat atau tidak suatu unsur hara dalam tanah di serap oleh akar. pH antara 0 hingga 7 dan sifat dengan menggunakan skala pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
            pH tanah diperlukan tanaman dalam jumlah yang sesuai, jika pH tanah semakin tinggi maka unsur hara akan semakin sulit di serap tanaman, demikian juga sebaliknya jika terlalu rendah ajar juga akan kesulitan menyerap makanannya yang berada dalam tanah. Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang kita berikan jika pH dalam tanah sedang-sedang saja (cenderung netral).
            Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nintrogen ( dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi laim Pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N denganmengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesui. Sebagai contoh kedelai tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk sayuran, bunga dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH dan ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.

1.3  Materi dan Metode
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 08.00-11.00 WIB di lokasi Waduk Kecamatan Kampar Timur

B.     Alat dan Bahan
Alat :
ü  Kertas lakmus/ pH indikator universal/ pH meter
ü  Air aquadest
ü  Gelas
ü  Sendok
Bahan :
ü  Sampel tanah pada lahan sudah pernah olah (TGA)
ü  Sampel tanah pada lahan yang belum pernah olah (TGB)

C.    Metode praktikum
1.      Sampel tanah TGA dan TGB yang diambil seacara random pada 4 lokasi
2.      4 sampel TGA dicampur dan dikeringkan dan 4 sampel TGB dicampur dan dikeringkan sengan cara dijemur selama ±4 jam..
3.      Sampel tanah dan air diambil dengan perbandingan 1:1,  dimasukkan dalam gelas dan diaduk hingga homogen.
4.      Sampel didiamkam hingga tampak air dan tanah memiasah (air tampak bening)
5.      Setelah air tampak bening, kertas lakmus dicelupkan selama 1 menit.
6.      Cocokkan warna yang diperoleh pada kertas lakmus pada bagan warna pengamatan

1.4  Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil

Gambar 1.1 Sampel TGA dan TGB

Gambar 1.2 Proses pencelupan kertas lakmus indikator universal


Gambar 1.3 Proses pencocokan kertas lakmus sampel tanah gambut A

Gambar 1.4 Proses pencocokan kertas lakmus sampel tanah gambut B

B.     Pembahasan
Hasil pengamatan  pH pada kertas lakmus indikator universal pada sampel TGA menunjukkan pH 5 dan sampel TGB menunjukkan pH 4. Sampel TGA memiliki PH lebih tinggi dari sampel tbg yang diduga karena sampel TGA adalah sampel yang berasal dari lahan sudah pernah olah. Lahan yang sudah pernah olah sudah mengalamai perlakuan fisik dengan pengemburan dan pembalikan tanah sebelum tanam. Hal ini mampu mempercepat pematangan pada tanah gambut secara fisik dan saat terjadi pembalikan tanah maka zat asam tanah ketika terkena terik matahari atau panas maka zat asam akan ikut menguap. Teknik sistem drainase dan pengeringan pada lahan gambut sudah umum dilakukan petani untuk meningkatkan pH yang masam mendekati netral. Perlakuan ini diduga mampu menaikkan pH tanah pada sampel TGA. Perlakuan lain yang mungkin sudah dilakukan pada lahan sudah pernah olah adalah pemupukan yang secara kimia mampu menaikkan pH mendekati netral terutama pada pemupukan jenis kapur dolomit.
Sampel tanah TGB adalah sampel tanah yang belum pernah olah tanah. Sampel TGB menunjukkan pH 4 dan memiliki pH lebih rendah dari TGA. Hal ini diduga karena pada sampel tanah TGB bahan organik belum terdekomposisi secara sempurna sehingga sifat tanah masih bersifat lebih masam dari sampel TGA.

1.5  Penutup
A.    Kesimpulan
Hasil pengamatan  pH pada kertas lakmus indikator universal pada sampel TGA menunjukkan pH 5 dan sampel TGB menunjukkan pH 4. Keasaman pada tanah dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya pada bahan utama penyusuntanah, pemberian perlakuan pupuk kimia seperti urea dan dolomit disekitarnya dan perlakuan lainnya sperti perlakuan fisik seperti olah tanah. Kandungan unsur logam seperti Al dan Fe memberikan efek masam pada tanah.

B.     Saran
Sebaiknya dalam pertanian dilakukan olah tanah terlebih dahulu sebelum tanam. Hal ini dimaksudkan agar tanah yang bersifat masam ataupun bisa mendekati netral jika diberi perlakuan fisik seperti penggemburan. Penting dilakukan berbagai perlakuan sebelum tanam agar hasil pertanian menjadi maksimal dan meminimalkan gangguan faktor eksternal seperti ketidak sesuaian pH. Perlakuan kimia seperti pengapuran sebaiknya dilakukan jika kondisi tanah masam ataupun pemberian kompos yang sudah matang dalam jumlah besar.



ACARA 2 KUALITAS AIR
2.1  Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat terganggu jika air yang diserap tanaman memiliki kualitas yang buruk. Metabolisme pada tumbuhan dapat terganggu, seperti menurunnya laju fotosintesis sehingga glukosa sebagai hasil fotosintesis tidak dapat diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan (Najiyati dan Danarti, 1998).
Air sangat dibutuhkan oleh tanaman karena merupakan komponen utama dalam sel-sel untuk menyusun jaringan tanaman (70-90%), pelarut dan medium reaksi biokimia, medium transport senyawa, memberikan turgor bagi sel, bahan baku pembentuk klorofil dan menjaga suhu tanaman supaya konstan (Islami dan Utomo, 1995). Peran air sebagai pelarut unsur hara di dalam tanah menyebabkan tanaman dapat dengan mudah mengambil hara tersebut sebagai bahan makanan melalui akar dan sekaligus mengangkut hara tersebut ke bagian-bagian tanaman yang memerlukan melalui pembuluh xilem.
Karakteristik kimia (pH air) merupakan indikator yang harus dilihat untuk mengetahui kualitas air. Kondisi pH air yang tidak sesuai sebagai salah satu penyebab menurunnya metabolisme pada tanaman. Terjadinya penurunan pH air atau air dalam keadaan masam, tingkat ionisasi meningkat yang indikasinya dapat dilihat pada peningkatan nilai konduktivitas spesifiknya (Aryanti et al., 2014).

B.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kualitas air.

2.2  Tinjauan Pustaka
 Kehidupan sangat bergantung dari sifat-sifat air yang unik dibanding liquid yang lain. Sifat-sifat ini berasal dari struktur dan interaksi molekul air. Air memiliki apa yang dinamakan ikatan hydrogen yang anehnya cukup kuat. Ikatan ini memberikan air lebih struktur daripada liquid yang lain dan memberikan kohesi yang tinggi yang membantu transport tumbuhan. Ikatan ini juga memberikan tegangan permukaan air yang cukup kuat, dan memberikan bentuk-butir-butir air. Demikian pula air mempunyai tingkat adhesi yang tinggi dengan kebanyakan material. Imbibisi ( proses masuknya air ke dalam struktur berpori-pori) membantu penyerapan air ke dalam biji dan memecahkan kulit biji sehingga biji tersebut dapat tumbuh.
Ikatan hidrogen juga menyebabkan air mempunyai kapasitas panas yang tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai tempat penampung panas yang efektif. Pada waktu musim panas air menampung panas dan pada saat musim dingi mengeluarkannya perlahan, sehingga menjaga level temperature yang stabil penting bagi iklim dan kehidupan. Air juga memerlukan energy yang banyak untuk menguap sehingga memoderasi panas dari matahari, menjaga temperature ekosistem air dan menjaga temperature organisme dan akses panas.
Air juga mempunyai sifat anomali, yaitu mengembang ketika didinginkan kurang dari 4 derajat. Hal ini terjadi karena perubahan struktur air menjadi tetrahedral. Hal ini menjaga air di kedalaman menjadi beku. Karena berat jenis es lebih ringan, es terbentuk permukaan dulu. Ketika air membeku, panas dibebaskan ke lapisan bawahnya dan mengisolasinya. Hal ini juga membuat transisi antara musim tidak terjadi dengan tiba-tiba. Air bersifat polar sehingga melarutkan kebanyakan molekul ionik seperti mineral. Air digunakan untuk mandi, mencuci dan oleh tanaman digunakan sebagai alat transport mineral. Seperti juga air system biologi kebanyakan berada dalam pH netral, dan sebagai buffer air menjaga keseimbangan pH tersebut, yang sangat penting bagi proses-proses di dalam sel (Aryanti, 2014).

2.3  Materi dan Metode
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 08.00-11.00 WIB di lokasi Waduk Kecamatan Kampar Timur

B.     Alat dan Bahan
Alat :
ü  Kertas lakmus/ pH indikator universal/ pH meter
ü  Gelas
Bahan
ü  Air gambut UIN
ü  Air irigasi waduk

C.    Metode praktikum
1.      Air diambil dari tempat yang berbeda, yaitu dari air parit uin suska dan air irigasi waduk dan dimasukkan pada gelas yang berbeda
2.      Kertas lakmus dimasukkan selama 1 menit.
3.      Cocokkan warna ketas lakmus pada pH indikator.

2.4  Hasil dan pembahasan
A.    Hasil

Gambar 2.1 Sampel air gambut UIN dan sampel air irigasi

Gambar 2.2 Proses pencelupan kertas lakmus indikator universal pada sampel


Gambar 1.1 Penyesuaian pH sampel air gambut UIN

Gambar 1.1 Penyesuaian pH sampel air irigasi

B.     Pembahasan
Hasil pencocokkan sampel air gambut uin menunjukkan pH 4 dan sampel air irigasi menunjukkan pH 6. Kondisi pH air gambut uin lebih masam diduga karena lokasi pengambilan air berada pada lahan gambut yang basah atau tergenang. Lahan gambut yang tergenang dalam waktu lama menghambat penguraian bahan organik secara biologi maupun fisik. Tanah yang tergenang akan menghambat mikroba dekomposer anaerob yang secara umum banyak ditemukan pada lahan gambut dibanding mikroba aerob. Kondisi bahan organik yang belum terurai sempurna dalam jumlah banyak diduga memberikan efek pH masam pada lahan gambut.
Sampel air irigasi menunjukkan pH 6 dan mendekati netral jika dibanding sampel air gambut uin.  Sampel irigasi waduk memiliki pH lebih netral diduga karena air waduk berasal dari berbagai sumber seperti aliran air dari parit dan hutan sekitar waduk serta kondisi tanah waduk secara kasat mata  adalah jenis tanah mineral berpasir. Secara umum tanah mineral memiliki pH netral hingga tinggi (basa). Hal tersebut diduga sebagai faktor sampel air irigasi memiliki pH lebih tinggi dibanding sampel air gambut uin.

2.5  Penutup
A.    Kesimpulan
Hasil pencocokkan sampel air gambut uin menunjukkan pH 4 dan sampel air irigasi menunjukkan pH 6. Keasaman pada air dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya pada pemberian pupuk dolomit disekitar area peraian, kandungan unsur terlarut dalam air seperti Fe dan Al yang memberikan efek masam pada air. Selain itu,  semakin rendah pH (keasaman tinggi) maka akan menyebabkan penurunan oksigen terlarut dalam air. apabila CO2 terlarut tinggi pada maka pH cenderung rendah dan kandungan oksigen juga rendah.

B.     Saran
Penggunaan air dalam penyediaan kebutuhan air tanaman sebaiknya menggunakan air dengan pH netral. Pada kondisi lingkungan yang masam seperti lingkungan tanah gambut sebaiknya dibuat saluran drainase yang baik agar mampu membuang zat-zat asam tanah bersama leaching drainase air. Teknik ini terbukti banyak dilakukan petani pada lahan gambut dalam upaya pengeloaan lahan masam sebagai lahan pertanian.

ACARA 3 PENGUKURAN DEBIT AIR SALURAN TERBUKA DAN MENGHITUNG LAMA WAKTU IRIGASI

3.1  Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Debit merupakan banyaknya jumlah air yang mengalir pada suatu ruang atau saluran dalam satuan waktu. Debit memiliki satuan m3/detik yang merupakan hasil yang diperoleh dari besarnya luas penampang saluran dikali dengan kecepatan aliran. DAS atau daerah aliran sungai merupakan salah satu saluran terbuka yang memiliki fungsi untuk menyediakan kebutuhan air tanaman pada lahan-lahan  pertanian dengan kualitas yang baik dan dengan kuantitas yang besar sehingga mencukupi kebutuhan irigasi tanaman yang terdapat pada lahan. Keadaan seperti ini DAS akan mampu mengalirkan air sampai ke bagian hilir sehingga semua yang berada diwilayah aliran sungai akan mendapatkan air untuk kebutuhan pertanian, keramba dan lain sebagainya. Menganalisa kebutuhan air lahan pertanian tentunya dibutuhkan  perhitungan perhitungan tertentu yang berkaitan dengan pengukuran debit ini.
B.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya debit air yang mengalir di saluran irigasi dan menghitung waktu yang diperlukan untuk mengairi lahan sawah yang ditentukan.

3.2  Tinjauan Pustaka
Menganalisa kebutuhan air lahan pertanian tentunya dibutuhkan  perhitungan perhitungan tertentu yang berkaitan dengan pengukuran debit Sehingga kita bisa melakukan tindakan-tindakan tertentu apabila kebutuhan air yang tersedia kurang dari jumlah kebutuhan air tanaman yang sedang diusahakan pada suatu lahan yang dilalui oleh saluran irigasi. Irigasi sangat erat hubungannya dengan pertanian. Dibidang pertanian irigasi berfungsi untuk menyuplai pasokan air ke lahan pertanian agar kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi sesuai dengan standar kebutuhannya. Dalam bidang teknik pertanian sendiri irigasi merupakan hal yang dibutukan untuk menganalisa kelayakan suatu irigasi sehingga tujuan ke lahan pertanian dapat terpenuhi secara sempurna.Selain itu irigasi dibidang teknik pertanian juga dapat digunakan sebagai media analisa untuk membuat atau membangun jaringan irigasi yang baru (Musyawir 2009).
Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk merancang sistem irigasi serta mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada. Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat katagori (Gordon et al., 1993):
1.      Pengukuran volume air sungai
2.      Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai.
3.      Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method)
4.      Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir (aliran air lambat) atau flume (aliran cepat).

3.3  Materi dan Metode
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 08.00-11.00 WIB di lokasi Waduk Kecamatan Kampar Timur

B.     Alat dan Bahan
Alat :
ü  Pelampung gabus sterofoam
ü  Pelampung botol air minum
ü  Stopwatch
ü  Meteran
ü  Tali tambang/rafia
ü  Tongkat/kayu panjang
ü  Alat tulis
Bahan
ü  Air saluran irigasi waduk irigasi Kampar Timur
C.    Metode praktikum
1.      Pilih saluran irigasi yang dekat sawah, lokasi dipilih yang alirannya lurus dengan perubahan lebar sungai, kedalaman air dan gradien yang kecil.
2.      Ukur lebar saluran irigasi dan tentukan rerata kedalaman air
3.      Hitung luas penampang atas dan bawah saluran irigasi
4.      Tetapkan 2 titik sebagai batas pengamatan
5.      Pelampung diletakkan pada titik hulu pengamatan
6.      Waktu tempuh pelampung antara titik hulu dan titik akhir dihitung menggunakan stopwatch kemudian dicatat

3.4  Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil

Gambar 3.1 Pengukuran lebar, dalam dan panjang saluran irigasi

Gambar 3.2 Penghanyutan sampel pengukuran dari gabus sterofoam

Gambar 3.3 Proses peletakkan sampel pengukuran dari botol air minum

Gambar 3.4 Sampel botol air minum yang telah dihanyutkan

Luas penampang saluran irigasi dihitung dengan rumus Luas x Tinggi.
Penampang atas = 2,54 m x 0,44 m = 1,1176 m2
Penampang bawah = 1,98 m x 0,44 m = 0,8712 m2
Jarak tempuh 9,82 m
1.      Pengukuran debit air menggunakan pelampung gabus waktu tempuh 43 detik. Kecepatan aliran dihitung dengan rumus   = 0,228 m/s
Debit air
Q = A x V = 1,1176 m2 x 0,228 m/s = 0,254 m3/s
2.      Pengukuran debit air menggunakan pelampung botol air minum waktu tempuh 44,6 detik. Kecepatan aliran dihitung dengan rumus  = 0,220 m/s
Debit air Q = A x V = 1,1176 m2 x 0,220 m/s = 2,45 m3/s

Tabel 3.1 Pengukuran debit air metode pelampung di saluran irigasi sekunder
No.
Pelampung
Jarak tempuh (m)
Kec. Aliran (m/s)
Waktu tempuh (s)
Luas penampang (m2)
Debit (m3/s)
1
Gabus
9,82
0,228
43
1,1176
0,254
2
Kayu
9,82
0,220
44,6
1,1176
0,245

B.     Pembahasan
Volume = luas penampang x jarak tempuh
1.      Luas penampang bentuk trapesium dengan rumus
Luas trapesium:

2.      Volume air = luas penampang x jarak tempuh = 0,9944 x 9,82 = 9,76 m3


Kebutuhan air sawah dihitung dengan rumus:
Luas sawah 1 ha x volume air = 10.000 m2 x 9,76 m3
                                                                = 97.600 m3
Waktu yang diperlukan mengairi lahan 1 ha dihitung dengan rumus:
  = 384.251,968 detik (106,73 jam)

3.5  Penutup
A.    Kesimpulan
Pengujian kecepatan aliran air menggunkan pelampung gabus lebih cepat dibanding pelampung botol air minum. Hal ini diduga karena massa gabus yang sangat ringan jika dibanding dengan pelampung kayu sehingga lebih mudah terbawa arus air. Pengukuran debit ini penting dilakukan sebagai upaya penghitungan kebutuhan air lahan serta konservasi pemanfaatan sumber daya guna air secara optimal.


B.     Saran
Sebaiknya dalam penggunaan air irigasi dilakukan secara optimal, tidak menggunakannya berlebihan. Konservasi sumber daya air dalam bentuk waduk, kolam, bendungan maupun danau merupakan salah satu dari berbagai cara meminimalisir bencana kekurangan air maupun banjir. Perlu ditingkatkan kembali pembangunan saluran irigasi mengingat saluran yang ada saat ini masih sedikit dibanding jumlah luasan kebun pertanian yang sangat butuh pengairan irigasi dalam produksinya.



















ACARA 4 PENGAMATAN SISTEM IRIGASI
4.1  Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Usaha pengelolaan dan penyediaan air untuk menunjang kegiatan pertanian adalah bentuk diperlukan sistem irigasi yang tertata baik. Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran. Dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.

B.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem irigasi, cara pengoperasian pintu air, sumber air irigasi dan luasan areal sawah yang dialiri.

4.2  Tinjauan Pustaka
 Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat mengalirnta air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi. Saluran air juga dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu. Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. (Sudjarwadi 1990).
Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah bangunan intake/pompa sampai lahan yang diairi (PP No. 20 tahun 2006). Saluran irigasi terbagi atas 3 jenis yaitu :
1.      Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki memiliki luas kurang lebih 8 s.d. 15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas antara 50 s.d. 150 ha.
2.      Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
3.      Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke petak-petak sawah. (Herliyani at al, 2012)

Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh pemerintah. Ciri-ciri irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran tersier serta bangunan permanennya. Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Kadar air tanah yang lebih rendah pada tanah sawah yang diolah sempurna disebabkan oleh porositas tanah lebih tinggi, sehingga kehilangan air lebih banyak (Notohadiprawiro, T. 1992)
Pengaruh air irigasi pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral, implementer, memperkaya ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral yaitu didapatkan pada tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang berasal dan memlalui daerah aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan tanah yang dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada tanah yang telah kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian dan mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air irigasi. Air irigasi bersifat memperkaya tanah apabila kandungan unsur hara akibat dari pengairan lebih besar jumlahnya daripada unsure hara yang hilang karena paen, drainase atau pengairan. Pencucian unsur hara dari permukaan kompleks adsorpsi dan larutan tanah oleh air irigasi bersifat memiskinkan tanah (Suyana et al, 1999).

4.3  Materi dan Metode
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 08.00-11.00 WIB di lokasi Waduk Kecamatan Kampar Timur
B.     Alat dan Bahan
ü  Kamera video
ü  Alat tulis
ü  Pakaian lapang

C.    Metode Praktikum
1.      Komunikasi dengan Dinas Bina Marga wilayak Kampar dan meminta izin serta membuat kesepakatan waktu untuk melakukan praktikum di lokasi.
2.      Hadir tepat waktu di lokasi irigasi
3.      Perhatikan dengan seksama penjelasan dari narasumber
4.      Amati dan catat berbagai hal yang dianggap perlu.
5.      Lakukan dokumentasi dengan memfoto atau video recorder.
6.      Mintalah data yang dianggap perlu
7.      Ucapkan terimakasih pada pihak terkait.


4.4  Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil

Gambar 4.1 Waduk di kecamatan kampar timur

Gambar 4.2 Pintu intek air saluran primer

Gmbar 4.3 Pintu air saluran sekunder dan tersier

Gambar 4.4 Pintu air saluran tersier

Gambar 4.5 Saluran tersier yang dirawat oleh P3A

Gambar 4.6 Saluran air yang digunakan warga untuk pengairan kolam

B.     Pembahasan
1.      Saluran irigasi pada waduk di kecamatan kampar timur Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki memiliki luas kurang lebih 8 s.d. 15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas antara 50 s.d. 150 ha.
4.      Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
5.      Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke petak-petak sawah. (Herliyani at al, 2012)

Luasan  wilayah  yang  harus di aliri irigasi dari waduk Kampar Timur sebanyak ±80 ha. Pengairan tidak hanya meliputi sawah pertanian saja, tetapi juga kolam ikan dan pertanian palawija dan tanaman hortikultura lainnya.

4.5  Penutup
A.    Kesimpulan
Saluran irigasi primer dan sekunder adalah saluran yang dipelihara oleh pemerintah, sperti pembersihan dan perbaikan. Masyarakat P3A tidak boleh menggunakan saluran irigasi primer dan sekunder, mereka hanya boleh mengambil air dari saluran irigasi tersier maupun kuarter. Saluran irigasi tersier dan kuarter dipelihara oleh P3A dan tidak dipelihara lagi oleh pemerintah sehinggabeban pengelolaan saluran irigasi ditanggung bersama.
B.     Saran
Dari pengamatan dilapangan, saluran irigasi beberapa sudah mulai tampak rusak. Hal ini harus segera dipebaiki menimbang sanagat banyak lahan pertanian yang mengandalkan saluran irigasi tersebut.






ACARA 5 SISTEM HIDROPONIK SEDERHANA
5.1  Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Hidroponik adalah suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Jadi media tanah diganti dengan arang sekam/pasir. Karena media yang digunakan bukan tanah, nutrisi yang diperlukan tanaman berbentuk larutan. Tidak seperti media tanah yang memiliki unsur hara yang berupa zat-zat penting bagi tumbuhan. Hidroponik memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan lahan yang luas. Jadi tidak perlu berkeliling ladang yang luas untuk perawatan dan panen. Hidroponik merupakan salah satu alternatif bagi petani yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk becocok tanam ( Ekawati, 2005 ).
Pada dasarnya semua tanaman bisa dihidroponikkan. Tapi pada akhir-akhir ini tanaman yang paling banyak dihidroponikkan adalah tanaman buah dan sayur karena dilihat dari segi ekonomis, tanaman buah dan sayur dapat menghasilkan keuntungan yang lumayan. Selain itu, kualitas dan kuantitas produksi / hasil panen lebih tinggi dibanding dengan media tanah.

B.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem hidroponik sederhana yang dapat diterapkan secara mandiri.

5.2  Tinjauan Pustaka
Banyak petani di Indonesia menggunakan sistem Hidroponik. Karena bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah kualitas tanaman yang baik. Dengan meningkatnya kualitas tanaman, maka secara otomatis mendongkrak harga tanaman dipasaran. Karena itu kebanyakan tanaman yang dikembangkan dengan sistem hidroponik adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi.
Macam-Macam Metode HidroponikMenurut Steiner (1977), hidroponik dapat dipilahkan menjadi berbagai ragam menurut sistem dan metode budidayanya. Semua ragam hidroponik yang khusus diterapkan pada penanaman tanaman hias di rumah dan kantor diberi istilah khusus hidrokultur. Klasifikasi hidroponik adalah sebagai berikut :
1.      Kultur air
Akar tanaman dicelupkan dalam larutan hara dengan susunan berimbang secara sinambung atau berkala.
2.      Aeroponik
Akar tanaman berada dalam udara yang secara sinambung atau berkala dijenuhkan dengan kabut larutan hara (aerosol hara). Menurut Tan (1994), aeroponik diadakan untuk menghemat penggunaan air dan hara.
3.      Kultur pasir
Akar tanaman ditumbuhkan dalam substrat padat anorganik yang sarang atau tidak sarang, terbentuk dari zarah-zarah tegar (non-collapsing) berdialmeter kurang daripada 3 mm (pasir, perlit, plastik, atau bahan anorganik yang lain)
4.      Kultur krikil
Seperti kultur pasir, hanya saja zarah-zarahnya lebih besar dengan diameter di atas 3 mm
5.      Vermikulaponik
Akar tanaman ditumbuhkan dalam substrat dari mineral lempung
vermikulit dengan atas tanpa dicampur dengan bahan anorganik lain
6.      Kultur rock wool
Untuk substrat perakaran digunakan rock wool atau glass wool. Rock wool adalah bahan yang bertampakan seperti wol berupa anyaman serat-serat halus, yang dibuat dari terak tanur (furnace slag) atau batuan tertentu dengan ledakan kuat selagi bahan-bahan tersebut berada dalam keadaan lelehan (American Geological Institute, 1976).
Hidroponik muncul sebagai alternatif pertanian lahan terbatas. Dengan sistem ini memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang kurang subur/daerah sempit yang padat penduduknya. Alasan penerapan teknik hidroponik yang utama adalah karena terbatasnya lahan pertanian yang produktif untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak tiap tahunnya, sehingga dibutuhkan suatu terobosan baru untuk memecahkan masalah tersebut .
Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual hasil panennya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya relative bersih, media tanamnya steril, dan tanaman terlindung dari terpaan hujan. Serangan hama dan penyakit relative kecil. Tanaman lebih sehat, lebih vigor, dan produktivitas tinggi (Hartus, 2002).

5.3  Materi dan Metode
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal Mei- Juni 2016 di rumah masing-masing mahasiswa tepatnya di JL. Kubang Raya KM 9 Griya Mahkota Riau 3

B.     Alat dan Bahan
Alat:
ü  Botol air minum bekas
ü  Gelas plastik air mineral
ü  Ember cat bekas
ü  Bor
ü  Kain
ü  Cutter
ü  Gunting
ü  Selang kecil
ü  Lem plastik
ü  Sterofoam
ü  polybag
Bahan :
ü  Nutrisi hidroponik
ü  Arang sekam
ü  Bibit tanaman kangkung dan bayam

C.    Metode Praktikum
Hidroponik
Media tanam
1.      Botol bekas dipotong bagian atasnya
2.      Potong bagian tengah botol dan sisakan bagian bawah sekitar 4/10 bagian
3.      Masukkan bagian potongan atas tadi pada bagian bawah botol secara terbalik
4.      Beri sumbu dan arang sekam sebagai penghantar nutrisi

Penyemaian dan pembuatan  larutan  nutrisi
1.      Semai benih pada sterofoam yang telah dibasahi dengan air
2.      Buat larutan nutrisi hidroponik dengan konsentrasi 10 ppm pada 10 liter air
3.      Setelah benih tumbuh usia 1 minggu, pindahkan ke dalam botol media beserta larutan nutrisi hidroponik
4.      Tanaman dirawat dengan melakukan pengecekan kondisi larutan hidroponik dan kesehatan tanaman.

Irigasi Tetes
Penyemaian
1.      semai benih bayam pada polybag
2.      siram setiap hari ingga tumbuh
Pembuatan alat irigasi tetes
1.      lubangi jerigen bekas menggunakan bor
2.      pasang selang pada lubang bor jeringen, kemudian lem dantunggu hingga kering
3.      salurkan selang pada polybag sekitar perakaran tanaman dengan posisi jeringen diatas atau lebih tinggi daripada tanaman
4.      masukkan larutan nutrisi pada jerigen.
5.      Kontol setiap keluaran nutrisi tetes pada tanaman dengan menikat ujung keluaran nutrisi pada tanaman
6.      Kondisi dijaga setiap hari dengan melihat kondisi tanaman kekeringan atau terlalu basah

5.4  Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil



Gambar 5.1 Media tanam hidroponik diam

Gambar 5.2 Alat dan larutan nutrisi yang digunakan

Gambar 5.3 Penyemaian benih kangkung
Gambar 5.4 Polybag tanam bayam dan ember sebagai wadah irigasi tetes

B.     Pembahasan
Hidroponik
Dalam pembuatan percobaan hidroponik menguunakan botol bekas, hasil tanaman pada usia 1 minggu masih sangat kecil sehingga belum tampak hasilnya. Pembuatan hidroponik ini masih dalam tahaprintisan sehingga masih perlu dilakukan kembali percobaan yang lebih baik

Irigasi tetes
      Irigasi tetes pada sampel benih bayam yang disemai pada polybag tampak masih sangat kecil sehingga belum bisa dilakukan pemasangan selang irigasi tetes. Kondisi tanaman pada saat pengamatan masih sangat kecil diduga karena waktu semai yang terlalu lama sehingga pada saat pengamatan tanaman masih kecil

5.5  Penutup
A.    Kesimpulan
Teknik hidroponik diam  merupakan salah satu kreasi pertanian dalam memanfaatkan barang bekas dan memanfaatkan lokasi penanaman yang minim. Hidroponik diam dengan botol ini menjadi salah satu alternatif bagi semua kalangan yang ingin bertanam tanpa harus memiliki tanah yang luas dan hanya membutuhkan barang bekas disekitar kita. Sedangkan irigasi tetes menjadi suatu alternatif teknik bertani tanpa harus menyiram tanaman setiap hari. Irigasi tetes hanya memberikan kebutuhan nurisibdan air yang telah di atur sehingga resiko kondisi terlalu basah maupun terlalu kering dapat diminimalisir.

B.     Saran

Penggunaan bahan sebaiknya menggunakan barang bekasyang sudah tak terpakai lagiuntuk menekan biaya modal awal. Asumsi akan mahalnya modal awal dapat di inisiatifkan pada penggunaan barang-barang bekas disekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap bertanya ataupun berkomentar dengan bahasa yang sopan. Saran dan kritik yang membangun kami terima.