LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROLOGI PERTANIAN
Oleh
:
Muchammad
Kirom
11382100978
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2 0 1 6
ACARA 1 PENENTUAN pH TANAH SECARA SEDERHANA
1.1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Tanah
sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Tanah
juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah
menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Komposisi tanah berbeda-beda pada
satu lokasi dengan lokasi yang lain.
Tingkat
kesuburan tanaman pada wmasing-masing tempat tidak sama. Pada tanah
asam serta miskin unsur hara, pertumbuhan tanaman akan terganggu sehingga dapat
menurunkan produksi secara signifikan. Tanah asam merupakan jenis tanah
dengan nilai pH rendah. Terhambatnya pertumbuhan tanaman akibat tanah asam pada
umumnya berkaitan erat dengan berbagai reaksi tanah pada pH rendah tersebut dan
dapat merupakan kombinasi dari keracunan aluminium (Al), mangan (Mn), keracunan
besi (Fe), serta defisiensi (kahat) unsur P (fosfor), Ca (kalsium), Mg
(magnesuim), dan kahat K (kalium). Akan tetapi, faktor yang paling dominan
penyebab buruknya pertumbuhan tanaman adalah keracunan Al dan kekurangan unsur
P (kahat fosfor).
Pemupukan
menggunakan pupuk kandungan nitrogen (N) dan fosfor (P) tinggi
ternyata dapat menurunkan nilai pH sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena
itu, penggunaan pupuk kandungan N dan P tinggi harus diimbangi dengan
pengapuran yang tepat.
Penggunaan
bahan organik yang belum selesai melapuk juga dapat menurunkan derajat
keasamannya meskipun hanya sementara. Penggunaan bahan organik sebaiknya
setelah melapuk karena dapat meningkatkan nilai pH. Jika menggunakan bahan
organik segar, sebaiknya diberi masa inkubasi yang cukup dengan tanah, berkisar
antara 4-6 minggu untuk menghindari reaksi memasamkan tanah. Di daerah
pegunungan dengan suhu rendah, pemberian bahan organik segar terkadang malah
diperlukan untuk meningkatkan suhu tanah.
Nilai pH
merupakan ciri kimia tanah, menjadi faktor sangat penting dalam menentukan kesuburan tanah karena ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat
berkaitan dengan nilai pH. Semakin tinggi nilainya berarti semakin asam tanah
tersebut. Populasi dan kegiatan mikroorganisme di dalam tanah juga sangat
dipengaruhi oleh tingkat keasaman tanah. Pengukuran nilai pH dapat dengan
berbagai cara, yaitu menggunakan kertas lakmus, pH meter dan pH
tester. Hal inilah yang akan dilakukan dalam praktikum ini.
B.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pH tanah yang terletak di
lingkup pertanian dan di sekitar UIN SUSKA
1.2
Tinjauan Pustaka
pH tanah sangat penting untuk di ketahui karena akan
menentukan dapat atau tidak suatu unsur hara dalam tanah di serap oleh akar. pH
antara 0 hingga 7 dan sifat dengan menggunakan skala pH 7 hingga 14. Sebagai
contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7, sedangkan air
laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai
alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH
7.
pH
tanah diperlukan tanaman dalam jumlah yang sesuai, jika pH tanah semakin tinggi
maka unsur hara akan semakin sulit di serap tanaman, demikian juga sebaliknya
jika terlalu rendah ajar juga akan kesulitan menyerap makanannya yang berada
dalam tanah. Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang kita
berikan jika pH dalam tanah sedang-sedang saja (cenderung netral).
Jika
pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nintrogen ( dalam bentuk nitrat)
menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi laim Pospor akan tersedia bagi tanaman
pada pH antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N
denganmengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh
tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa
dan kedelai) dan berfungi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut
hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesui. Sebagai contoh kedelai
tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah
tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk
sayuran, bunga dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH dan
ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup. Jika larutan tanah
terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang
mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar
untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan
tersebut.
1.3
Materi dan Metode
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 08.00-11.00 WIB
di lokasi Waduk Kecamatan Kampar Timur
B.
Alat dan Bahan
Alat :
ü Kertas lakmus/ pH
indikator universal/ pH meter
ü Air aquadest
ü Gelas
ü Sendok
Bahan :
ü Sampel tanah
pada lahan sudah pernah olah (TGA)
ü Sampel tanah
pada lahan yang belum pernah olah (TGB)
C.
Metode praktikum
1.
Sampel tanah TGA dan TGB yang diambil seacara random pada 4 lokasi
2.
4 sampel TGA dicampur dan dikeringkan dan 4 sampel TGB dicampur dan
dikeringkan sengan cara dijemur selama ±4 jam..
3.
Sampel tanah dan air diambil dengan perbandingan 1:1, dimasukkan dalam gelas dan diaduk hingga
homogen.
4.
Sampel didiamkam hingga tampak air dan tanah memiasah (air tampak
bening)
5.
Setelah air tampak bening, kertas lakmus dicelupkan selama 1 menit.
6.
Cocokkan warna yang diperoleh pada kertas lakmus pada bagan warna
pengamatan
1.4
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Gambar 1.1 Sampel TGA dan TGB
|
Gambar 1.2 Proses
pencelupan kertas lakmus indikator universal
|
Gambar 1.3 Proses pencocokan kertas lakmus sampel tanah gambut A
|
Gambar 1.4 Proses pencocokan kertas lakmus sampel tanah gambut B
|
B.
Pembahasan
Hasil pengamatan pH pada
kertas lakmus indikator universal pada sampel TGA menunjukkan pH 5 dan
sampel TGB menunjukkan pH 4. Sampel TGA memiliki PH lebih tinggi dari sampel
tbg yang diduga karena sampel TGA adalah sampel yang berasal dari lahan sudah
pernah olah. Lahan yang sudah pernah olah sudah mengalamai perlakuan fisik
dengan pengemburan dan pembalikan tanah sebelum tanam. Hal ini mampu mempercepat
pematangan pada tanah gambut secara fisik dan saat terjadi pembalikan tanah maka
zat asam tanah ketika terkena terik matahari atau panas maka zat asam akan ikut
menguap. Teknik sistem drainase dan pengeringan pada lahan gambut sudah umum
dilakukan petani untuk meningkatkan pH yang masam mendekati netral. Perlakuan
ini diduga mampu menaikkan pH tanah pada sampel TGA. Perlakuan lain yang
mungkin sudah dilakukan pada lahan sudah pernah olah adalah pemupukan yang
secara kimia mampu menaikkan pH mendekati netral terutama pada pemupukan jenis
kapur dolomit.
Sampel tanah TGB adalah sampel tanah yang belum pernah olah tanah.
Sampel TGB menunjukkan pH 4 dan memiliki pH lebih rendah dari TGA. Hal ini
diduga karena pada sampel tanah TGB bahan organik belum terdekomposisi secara
sempurna sehingga sifat tanah masih bersifat lebih masam dari sampel TGA.
1.5
Penutup
A.
Kesimpulan
Hasil pengamatan pH pada
kertas lakmus indikator universal pada sampel TGA menunjukkan pH 5 dan
sampel TGB menunjukkan pH 4. Keasaman pada tanah dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya pada
bahan utama penyusuntanah, pemberian perlakuan pupuk kimia seperti urea dan dolomit
disekitarnya dan perlakuan lainnya sperti perlakuan fisik seperti olah tanah. Kandungan
unsur logam seperti Al dan Fe memberikan efek masam pada tanah.
B.
Saran
Sebaiknya dalam pertanian dilakukan olah tanah terlebih dahulu
sebelum tanam. Hal ini dimaksudkan agar tanah yang bersifat masam ataupun bisa
mendekati netral jika diberi perlakuan fisik seperti penggemburan. Penting
dilakukan berbagai perlakuan sebelum tanam agar hasil pertanian menjadi
maksimal dan meminimalkan gangguan faktor eksternal seperti ketidak sesuaian pH.
Perlakuan kimia seperti pengapuran sebaiknya dilakukan jika kondisi tanah masam
ataupun pemberian kompos yang sudah matang dalam jumlah besar.
ACARA 2 KUALITAS AIR
2.1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat terganggu jika air yang diserap
tanaman memiliki kualitas yang buruk. Metabolisme pada tumbuhan dapat
terganggu, seperti menurunnya laju fotosintesis sehingga glukosa sebagai hasil
fotosintesis tidak dapat diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan (Najiyati dan
Danarti, 1998).
Air sangat dibutuhkan oleh tanaman karena merupakan komponen utama dalam
sel-sel untuk menyusun jaringan tanaman (70-90%), pelarut dan medium reaksi
biokimia, medium transport senyawa, memberikan turgor bagi sel, bahan baku
pembentuk klorofil dan menjaga suhu tanaman supaya konstan (Islami dan Utomo,
1995). Peran air sebagai pelarut unsur hara di dalam tanah menyebabkan tanaman
dapat dengan mudah mengambil hara tersebut sebagai bahan makanan melalui akar
dan sekaligus mengangkut hara tersebut ke bagian-bagian tanaman yang memerlukan
melalui pembuluh xilem.
Karakteristik kimia (pH air) merupakan indikator yang harus dilihat untuk
mengetahui kualitas air. Kondisi pH air yang tidak sesuai sebagai salah satu
penyebab menurunnya metabolisme pada tanaman. Terjadinya penurunan pH air atau
air dalam keadaan masam, tingkat ionisasi meningkat yang indikasinya dapat
dilihat pada peningkatan nilai konduktivitas spesifiknya (Aryanti et
al., 2014).
B.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kualitas air.
2.2
Tinjauan Pustaka
Kehidupan sangat bergantung dari sifat-sifat air yang unik dibanding liquid
yang lain. Sifat-sifat ini berasal dari struktur dan interaksi molekul air. Air
memiliki apa yang dinamakan ikatan hydrogen yang anehnya cukup kuat. Ikatan ini
memberikan air lebih struktur daripada liquid yang lain dan memberikan kohesi
yang tinggi yang membantu transport tumbuhan. Ikatan ini juga memberikan
tegangan permukaan air yang cukup kuat, dan memberikan bentuk-butir-butir air.
Demikian pula air mempunyai tingkat adhesi yang tinggi dengan kebanyakan
material. Imbibisi ( proses masuknya air ke dalam struktur berpori-pori)
membantu penyerapan air ke dalam biji dan memecahkan kulit biji sehingga biji
tersebut dapat tumbuh.
Ikatan hidrogen juga menyebabkan air mempunyai kapasitas panas yang tinggi
sehingga dapat berfungsi sebagai tempat penampung panas yang efektif. Pada
waktu musim panas air menampung panas dan pada saat musim dingi mengeluarkannya
perlahan, sehingga menjaga level temperature yang stabil penting bagi iklim dan
kehidupan. Air juga memerlukan energy yang banyak untuk menguap sehingga
memoderasi panas dari matahari, menjaga temperature ekosistem air dan menjaga
temperature organisme dan akses panas.
Air juga mempunyai sifat anomali, yaitu mengembang ketika didinginkan
kurang dari 4 derajat. Hal ini terjadi karena perubahan struktur air menjadi
tetrahedral. Hal ini menjaga air di kedalaman menjadi beku. Karena berat jenis
es lebih ringan, es terbentuk permukaan dulu. Ketika air membeku, panas
dibebaskan ke lapisan bawahnya dan mengisolasinya. Hal ini juga membuat
transisi antara musim tidak terjadi dengan tiba-tiba. Air bersifat polar
sehingga melarutkan kebanyakan molekul ionik seperti mineral. Air digunakan
untuk mandi, mencuci dan oleh tanaman digunakan sebagai alat transport mineral.
Seperti juga air system biologi kebanyakan berada dalam pH netral, dan sebagai
buffer air menjaga keseimbangan pH tersebut, yang sangat penting bagi
proses-proses di dalam sel (Aryanti, 2014).
2.3
Materi dan Metode
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 08.00-11.00 WIB
di lokasi Waduk Kecamatan Kampar Timur
B.
Alat dan Bahan
Alat :
ü Kertas lakmus/ pH
indikator universal/ pH meter
ü Gelas
Bahan
ü Air gambut UIN
ü Air irigasi
waduk
C.
Metode praktikum
1.
Air diambil dari tempat yang berbeda, yaitu dari air parit uin
suska dan air irigasi waduk dan dimasukkan pada gelas yang berbeda
2.
Kertas lakmus dimasukkan selama 1 menit.
3.
Cocokkan warna ketas lakmus pada pH indikator.
2.4
Hasil dan pembahasan
A.
Hasil
Gambar 2.1 Sampel air gambut UIN dan sampel air irigasi
|
Gambar 2.2
Proses pencelupan kertas lakmus indikator universal pada sampel
|
Gambar 1.1 Penyesuaian pH sampel air gambut UIN
|
Gambar 1.1 Penyesuaian pH sampel air irigasi
|
B.
Pembahasan
Hasil pencocokkan sampel air gambut uin menunjukkan pH 4 dan sampel
air irigasi menunjukkan pH 6. Kondisi pH air gambut uin lebih masam diduga
karena lokasi pengambilan air berada pada lahan gambut yang basah atau
tergenang. Lahan gambut yang tergenang dalam waktu lama menghambat penguraian
bahan organik secara biologi maupun fisik. Tanah yang tergenang akan menghambat
mikroba dekomposer anaerob yang secara umum banyak ditemukan pada lahan gambut
dibanding mikroba aerob. Kondisi bahan organik yang belum terurai sempurna
dalam jumlah banyak diduga memberikan efek pH masam pada lahan gambut.
Sampel air irigasi menunjukkan pH 6 dan mendekati netral jika
dibanding sampel air gambut uin. Sampel
irigasi waduk memiliki pH lebih netral diduga karena air waduk berasal dari
berbagai sumber seperti aliran air dari parit dan hutan sekitar waduk serta
kondisi tanah waduk secara kasat mata
adalah jenis tanah mineral berpasir. Secara umum tanah mineral memiliki pH
netral hingga tinggi (basa). Hal tersebut diduga sebagai faktor sampel air
irigasi memiliki pH lebih tinggi dibanding sampel air gambut uin.
2.5
Penutup
A.
Kesimpulan
Hasil pencocokkan sampel air gambut uin menunjukkan pH 4 dan sampel
air irigasi menunjukkan pH 6. Keasaman pada air dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya pada
pemberian pupuk dolomit disekitar area peraian, kandungan unsur terlarut dalam
air seperti Fe dan Al yang memberikan efek masam pada air. Selain itu, semakin
rendah pH (keasaman tinggi) maka akan menyebabkan penurunan oksigen terlarut
dalam air. apabila CO2 terlarut tinggi pada maka pH cenderung
rendah dan kandungan oksigen juga rendah.
B.
Saran
Penggunaan air dalam penyediaan kebutuhan air tanaman sebaiknya
menggunakan air dengan pH netral. Pada kondisi lingkungan yang masam seperti
lingkungan tanah gambut sebaiknya dibuat saluran drainase yang baik agar mampu
membuang zat-zat asam tanah bersama leaching drainase air. Teknik ini
terbukti banyak dilakukan petani pada lahan gambut dalam upaya pengeloaan lahan
masam sebagai lahan pertanian.
ACARA
3 PENGUKURAN DEBIT AIR SALURAN TERBUKA DAN MENGHITUNG LAMA WAKTU IRIGASI
3.1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Debit merupakan banyaknya jumlah air yang mengalir
pada suatu ruang atau saluran dalam satuan waktu. Debit memiliki satuan m3/detik
yang merupakan hasil yang diperoleh dari besarnya luas penampang saluran dikali
dengan kecepatan aliran. DAS atau daerah aliran sungai merupakan salah satu
saluran terbuka yang memiliki fungsi untuk menyediakan kebutuhan air tanaman
pada lahan-lahan pertanian dengan kualitas yang baik dan dengan
kuantitas yang besar sehingga mencukupi kebutuhan irigasi tanaman yang terdapat
pada lahan. Keadaan seperti ini DAS akan mampu mengalirkan air sampai ke bagian
hilir sehingga semua yang berada diwilayah aliran sungai akan mendapatkan air
untuk kebutuhan pertanian, keramba dan lain sebagainya. Menganalisa kebutuhan
air lahan pertanian tentunya dibutuhkan perhitungan perhitungan
tertentu yang berkaitan dengan pengukuran debit ini.
B.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya debit
air yang mengalir di saluran irigasi dan menghitung waktu yang diperlukan untuk
mengairi lahan sawah yang ditentukan.
3.2
Tinjauan Pustaka
Menganalisa kebutuhan air lahan
pertanian tentunya dibutuhkan perhitungan perhitungan tertentu yang
berkaitan dengan pengukuran debit Sehingga kita bisa melakukan
tindakan-tindakan tertentu apabila kebutuhan air yang tersedia kurang dari
jumlah kebutuhan air tanaman yang sedang diusahakan pada suatu lahan yang
dilalui oleh saluran irigasi. Irigasi sangat erat hubungannya dengan pertanian.
Dibidang pertanian irigasi berfungsi untuk menyuplai pasokan air ke lahan
pertanian agar kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi sesuai dengan standar
kebutuhannya. Dalam bidang teknik pertanian sendiri irigasi merupakan hal yang
dibutukan untuk menganalisa kelayakan suatu irigasi sehingga tujuan ke lahan
pertanian dapat terpenuhi secara sempurna.Selain itu irigasi dibidang teknik
pertanian juga dapat digunakan sebagai media analisa untuk membuat atau
membangun jaringan irigasi yang baru (Musyawir 2009).
Kemampuan pengukuran
debit aliran sangat diperlukan untuk merancang sistem irigasi serta mengetahui
potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan
sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui
pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada. Teknik pengukuran debit
aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat
katagori (Gordon et al., 1993):
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan
menentukan luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang
dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method)
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit
seperti weir (aliran air lambat) atau flume (aliran cepat).
3.3
Materi dan Metode
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 08.00-11.00 WIB
di lokasi Waduk Kecamatan Kampar Timur
B.
Alat dan Bahan
Alat :
ü Pelampung gabus
sterofoam
ü Pelampung botol
air minum
ü Stopwatch
ü Meteran
ü Tali
tambang/rafia
ü Tongkat/kayu
panjang
ü Alat tulis
Bahan
ü Air saluran irigasi
waduk irigasi Kampar Timur
C.
Metode praktikum
1. Pilih saluran
irigasi yang dekat sawah, lokasi dipilih yang alirannya lurus dengan perubahan
lebar sungai, kedalaman air dan gradien yang kecil.
2. Ukur lebar
saluran irigasi dan tentukan rerata kedalaman air
3. Hitung luas
penampang atas dan bawah saluran irigasi
4. Tetapkan 2
titik sebagai batas pengamatan
5. Pelampung
diletakkan pada titik hulu pengamatan
6. Waktu tempuh
pelampung antara titik hulu dan titik akhir dihitung menggunakan stopwatch
kemudian dicatat
3.4
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Gambar 3.1 Pengukuran lebar, dalam dan panjang saluran irigasi
|
Gambar 3.2 Penghanyutan sampel pengukuran dari gabus sterofoam
|
Gambar 3.3 Proses peletakkan sampel pengukuran dari botol air
minum
|
Gambar 3.4
Sampel botol air minum yang telah dihanyutkan
|
Luas penampang
saluran irigasi dihitung dengan rumus Luas x Tinggi.
Penampang atas
= 2,54 m x 0,44 m = 1,1176 m2
Penampang bawah
= 1,98 m x 0,44 m = 0,8712 m2
Jarak tempuh
9,82 m
1.
Pengukuran debit air menggunakan pelampung gabus waktu tempuh 43
detik. Kecepatan aliran dihitung dengan rumus = 0,228
m/s
Debit air
Q = A x V = 1,1176 m2 x 0,228 m/s = 0,254
m3/s
2.
Pengukuran debit air menggunakan pelampung botol air minum waktu
tempuh 44,6 detik. Kecepatan aliran dihitung dengan rumus = 0,220
m/s
Debit air Q = A
x V = 1,1176 m2 x 0,220 m/s = 2,45 m3/s
Tabel 3.1 Pengukuran debit air metode pelampung di saluran irigasi
sekunder
No.
|
Pelampung
|
Jarak
tempuh (m)
|
Kec. Aliran (m/s)
|
Waktu
tempuh (s)
|
Luas
penampang (m2)
|
Debit (m3/s)
|
1
|
Gabus
|
9,82
|
0,228
|
43
|
1,1176
|
0,254
|
2
|
Kayu
|
9,82
|
0,220
|
44,6
|
1,1176
|
0,245
|
B.
Pembahasan
Volume = luas penampang x jarak tempuh
1.
Luas penampang bentuk trapesium dengan rumus
Luas trapesium:
2.
Volume
air = luas penampang x jarak tempuh = 0,9944 x 9,82 = 9,76 m3
Kebutuhan air sawah dihitung dengan rumus:
Luas sawah 1 ha x volume air = 10.000 m2 x 9,76 m3
= 97.600 m3
Waktu yang diperlukan mengairi lahan 1 ha dihitung dengan rumus:
3.5
Penutup
A.
Kesimpulan
Pengujian kecepatan aliran air menggunkan pelampung gabus lebih
cepat dibanding pelampung botol air minum. Hal ini diduga karena massa gabus
yang sangat ringan jika dibanding dengan pelampung kayu sehingga lebih mudah
terbawa arus air. Pengukuran debit ini penting dilakukan sebagai upaya
penghitungan kebutuhan air lahan serta konservasi pemanfaatan sumber daya guna
air secara optimal.
B.
Saran
Sebaiknya dalam penggunaan air irigasi dilakukan secara optimal,
tidak menggunakannya berlebihan. Konservasi sumber daya air dalam bentuk waduk,
kolam, bendungan maupun danau merupakan salah satu dari berbagai cara
meminimalisir bencana kekurangan air maupun banjir. Perlu ditingkatkan kembali
pembangunan saluran irigasi mengingat saluran yang ada saat ini masih sedikit
dibanding jumlah luasan kebun pertanian yang sangat butuh pengairan irigasi
dalam produksinya.
ACARA 4 PENGAMATAN SISTEM IRIGASI
4.1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Irigasi adalah usaha penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air
permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses
kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan
tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan
kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat
berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau
dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Usaha pengelolaan dan penyediaan air
untuk menunjang kegiatan pertanian adalah bentuk diperlukan sistem irigasi yang
tertata baik. Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan
bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan
masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit
aliran. Dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan
berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi
dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada
saat musim kemarau panjang.
B.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem irigasi, cara pengoperasian
pintu air, sumber air irigasi dan luasan areal sawah yang dialiri.
4.2
Tinjauan Pustaka
Saluran irigasi
teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat
mengalirnta air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi.
Saluran air juga dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu. Analisis
kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam
perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman
didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu
periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata
untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang
dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan
penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. (Sudjarwadi 1990).
Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan
irigasi air tanah yang dimulai setelah bangunan intake/pompa sampai lahan yang
diairi (PP No. 20 tahun 2006). Saluran irigasi terbagi atas 3 jenis yaitu :
1. Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan
utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak
tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki
memiliki luas kurang lebih 8 s.d. 15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas
antara 50 s.d. 150 ha.
2. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran
primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
3. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan
sadap tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter.
Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier
atau parit sawah ke petak-petak sawah. (Herliyani at al, 2012)
Lahan sawah dengan
irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari
saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah
tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah
irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer dan
sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh pemerintah. Ciri-ciri
irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran tersier serta
bangunan permanennya. Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem
irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan
dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Kadar air
tanah yang lebih rendah pada tanah sawah yang diolah sempurna disebabkan oleh
porositas tanah lebih tinggi, sehingga kehilangan air lebih banyak
(Notohadiprawiro, T. 1992)
Pengaruh air irigasi
pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral, implementer, memperkaya
ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral yaitu didapatkan pada
tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang berasal dan memlalui daerah
aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan tanah yang dialiri. Sifat
suplementer dijumpai pada tanah yang telah kehilangan unsur-unsur hara akibat
pencucian dan mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air irigasi. Air irigasi
bersifat memperkaya tanah apabila kandungan unsur hara akibat dari pengairan
lebih besar jumlahnya daripada unsure hara yang hilang karena paen, drainase
atau pengairan. Pencucian unsur hara dari permukaan kompleks adsorpsi dan
larutan tanah oleh air irigasi bersifat memiskinkan tanah (Suyana et al, 1999).
4.3
Materi dan Metode
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 08.00-11.00 WIB
di lokasi Waduk Kecamatan Kampar Timur
B.
Alat dan Bahan
ü Kamera video
ü Alat tulis
ü Pakaian lapang
C.
Metode Praktikum
1.
Komunikasi dengan Dinas Bina Marga wilayak Kampar dan meminta izin
serta membuat kesepakatan waktu untuk melakukan praktikum di lokasi.
2.
Hadir tepat waktu di lokasi irigasi
3.
Perhatikan dengan seksama penjelasan dari narasumber
4.
Amati dan catat berbagai hal yang dianggap perlu.
5.
Lakukan dokumentasi dengan memfoto atau video recorder.
6.
Mintalah data yang dianggap perlu
7.
Ucapkan terimakasih pada pihak terkait.
4.4
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Gambar 4.1 Waduk di kecamatan kampar timur
|
Gambar
4.2 Pintu intek air saluran primer
|
Gmbar 4.3 Pintu air saluran sekunder dan tersier
|
Gambar
4.4 Pintu air saluran tersier
|
Gambar 4.5 Saluran tersier yang dirawat oleh P3A
|
Gambar 4.6 Saluran air yang digunakan warga untuk pengairan kolam
|
B.
Pembahasan
1. Saluran irigasi
pada waduk di kecamatan kampar timur Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan
utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak
tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki
memiliki luas kurang lebih 8 s.d. 15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas
antara 50 s.d. 150 ha.
4. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran
primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
5. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan
sadap tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter.
Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier
atau parit sawah ke petak-petak sawah. (Herliyani at al, 2012)
Luasan wilayah
yang harus di aliri irigasi dari
waduk Kampar Timur sebanyak ±80 ha. Pengairan tidak hanya meliputi sawah
pertanian saja, tetapi juga kolam ikan dan pertanian palawija dan tanaman
hortikultura lainnya.
4.5
Penutup
A.
Kesimpulan
Saluran irigasi primer dan sekunder adalah saluran yang dipelihara
oleh pemerintah, sperti pembersihan dan perbaikan. Masyarakat P3A tidak boleh
menggunakan saluran irigasi primer dan sekunder, mereka hanya boleh mengambil
air dari saluran irigasi tersier maupun kuarter. Saluran irigasi tersier dan
kuarter dipelihara oleh P3A dan tidak dipelihara lagi oleh pemerintah
sehinggabeban pengelolaan saluran irigasi ditanggung bersama.
B.
Saran
Dari pengamatan dilapangan, saluran irigasi beberapa sudah mulai
tampak rusak. Hal ini harus segera dipebaiki menimbang sanagat banyak lahan
pertanian yang mengandalkan saluran irigasi tersebut.
ACARA 5 SISTEM HIDROPONIK SEDERHANA
5.1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Hidroponik adalah suatu cara
pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Jadi
media tanah diganti dengan arang sekam/pasir. Karena media yang digunakan bukan
tanah, nutrisi yang diperlukan tanaman berbentuk larutan. Tidak seperti media
tanah yang memiliki unsur hara yang berupa zat-zat penting bagi tumbuhan.
Hidroponik memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan lahan yang luas. Jadi
tidak perlu berkeliling ladang yang luas untuk perawatan dan panen. Hidroponik
merupakan salah satu alternatif bagi petani yang tidak memiliki lahan yang
cukup untuk becocok tanam ( Ekawati, 2005 ).
Pada dasarnya semua tanaman bisa
dihidroponikkan. Tapi pada akhir-akhir ini tanaman yang paling banyak
dihidroponikkan adalah tanaman buah dan sayur karena dilihat dari segi
ekonomis, tanaman buah dan sayur dapat menghasilkan keuntungan yang lumayan.
Selain itu, kualitas dan kuantitas produksi / hasil panen lebih tinggi
dibanding dengan media tanah.
B.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem hidroponik sederhana yang
dapat diterapkan secara mandiri.
5.2
Tinjauan Pustaka
Banyak petani di Indonesia menggunakan sistem
Hidroponik. Karena bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki banyak
keuntungan. Salah satunya adalah kualitas tanaman yang baik. Dengan
meningkatnya kualitas tanaman, maka secara otomatis mendongkrak harga tanaman
dipasaran. Karena itu kebanyakan tanaman yang dikembangkan dengan sistem
hidroponik adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi.
Macam-Macam Metode HidroponikMenurut Steiner (1977), hidroponik dapat
dipilahkan menjadi berbagai ragam menurut sistem dan metode budidayanya. Semua
ragam hidroponik yang khusus diterapkan pada penanaman tanaman hias di rumah
dan kantor diberi istilah khusus hidrokultur. Klasifikasi hidroponik adalah
sebagai berikut :
1. Kultur air
Akar tanaman dicelupkan dalam
larutan hara dengan susunan berimbang secara sinambung atau berkala.
2. Aeroponik
Akar tanaman berada dalam
udara yang secara sinambung atau berkala dijenuhkan dengan kabut larutan hara
(aerosol hara). Menurut Tan (1994), aeroponik diadakan untuk menghemat
penggunaan air dan hara.
3. Kultur pasir
Akar tanaman ditumbuhkan dalam
substrat padat anorganik yang sarang atau tidak sarang, terbentuk dari
zarah-zarah tegar (non-collapsing) berdialmeter kurang daripada 3 mm (pasir,
perlit, plastik, atau bahan anorganik yang lain)
4. Kultur krikil
Seperti kultur pasir, hanya
saja zarah-zarahnya lebih besar dengan diameter di atas 3 mm
5. Vermikulaponik
Akar tanaman ditumbuhkan dalam
substrat dari mineral lempung
vermikulit dengan atas tanpa dicampur dengan
bahan anorganik lain
6. Kultur rock wool
Untuk substrat perakaran
digunakan rock wool atau glass wool. Rock wool adalah bahan yang bertampakan
seperti wol berupa anyaman serat-serat halus, yang dibuat dari terak tanur
(furnace slag) atau batuan tertentu dengan ledakan kuat selagi bahan-bahan
tersebut berada dalam keadaan lelehan (American Geological Institute, 1976).
Hidroponik muncul sebagai alternatif pertanian lahan terbatas. Dengan
sistem ini memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang kurang subur/daerah
sempit yang padat penduduknya. Alasan penerapan teknik hidroponik yang utama
adalah karena terbatasnya lahan pertanian yang produktif untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang semakin banyak tiap tahunnya, sehingga dibutuhkan suatu
terobosan baru untuk memecahkan masalah tersebut .
Hidroponik
dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga
jual hasil panennya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik
pun lebih mudah karena tempat budidayanya relative bersih, media tanamnya
steril, dan tanaman terlindung dari terpaan hujan. Serangan hama dan penyakit
relative kecil. Tanaman lebih sehat, lebih vigor, dan produktivitas tinggi
(Hartus, 2002).
5.3
Materi dan Metode
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada tanggal Mei- Juni 2016 di rumah masing-masing
mahasiswa tepatnya di JL. Kubang Raya KM 9 Griya Mahkota Riau 3
B.
Alat dan Bahan
Alat:
ü Botol air minum
bekas
ü Gelas plastik
air mineral
ü Ember cat bekas
ü Bor
ü Kain
ü Cutter
ü Gunting
ü Selang kecil
ü Lem plastik
ü Sterofoam
ü polybag
Bahan :
ü Nutrisi hidroponik
ü Arang sekam
ü Bibit tanaman
kangkung dan bayam
C.
Metode Praktikum
Hidroponik
Media tanam
1. Botol bekas
dipotong bagian atasnya
2. Potong bagian
tengah botol dan sisakan bagian bawah sekitar 4/10 bagian
3. Masukkan bagian
potongan atas tadi pada bagian bawah botol secara terbalik
4. Beri sumbu dan
arang sekam sebagai penghantar nutrisi
Penyemaian dan
pembuatan larutan nutrisi
1. Semai benih
pada sterofoam yang telah dibasahi dengan air
2. Buat larutan
nutrisi hidroponik dengan konsentrasi 10 ppm pada 10 liter air
3. Setelah benih
tumbuh usia 1 minggu, pindahkan ke dalam botol media beserta larutan nutrisi
hidroponik
4. Tanaman dirawat
dengan melakukan pengecekan kondisi larutan hidroponik dan kesehatan tanaman.
Irigasi
Tetes
Penyemaian
1.
semai benih bayam pada polybag
2.
siram setiap hari ingga tumbuh
Pembuatan alat irigasi tetes
1.
lubangi jerigen bekas menggunakan bor
2.
pasang selang pada lubang bor jeringen, kemudian lem dantunggu
hingga kering
3.
salurkan selang pada polybag sekitar perakaran tanaman dengan
posisi jeringen diatas atau lebih tinggi daripada tanaman
4.
masukkan larutan nutrisi pada jerigen.
5.
Kontol setiap keluaran nutrisi tetes pada tanaman dengan menikat
ujung keluaran nutrisi pada tanaman
6.
Kondisi dijaga setiap hari dengan melihat kondisi tanaman
kekeringan atau terlalu basah
5.4
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Gambar
5.1 Media tanam hidroponik diam
|
Gambar 5.2 Alat dan larutan nutrisi yang digunakan
|
Gambar
5.3 Penyemaian benih kangkung
|
Gambar
5.4 Polybag tanam bayam dan ember sebagai wadah irigasi tetes
|
B.
Pembahasan
Hidroponik
Dalam pembuatan percobaan hidroponik menguunakan botol bekas, hasil
tanaman pada usia 1 minggu masih sangat kecil sehingga belum tampak hasilnya.
Pembuatan hidroponik ini masih dalam tahaprintisan sehingga masih perlu
dilakukan kembali percobaan yang lebih baik
Irigasi tetes
Irigasi
tetes pada sampel benih bayam yang disemai pada polybag tampak masih sangat
kecil sehingga belum bisa dilakukan pemasangan selang irigasi tetes. Kondisi
tanaman pada saat pengamatan masih sangat kecil diduga karena waktu semai yang
terlalu lama sehingga pada saat pengamatan tanaman masih kecil
5.5
Penutup
A.
Kesimpulan
Teknik hidroponik diam
merupakan salah satu kreasi pertanian dalam memanfaatkan barang bekas
dan memanfaatkan lokasi penanaman yang minim. Hidroponik diam dengan botol ini
menjadi salah satu alternatif bagi semua kalangan yang ingin bertanam tanpa
harus memiliki tanah yang luas dan hanya membutuhkan barang bekas disekitar
kita. Sedangkan irigasi tetes menjadi suatu alternatif teknik bertani tanpa
harus menyiram tanaman setiap hari. Irigasi tetes hanya memberikan kebutuhan
nurisibdan air yang telah di atur sehingga resiko kondisi terlalu basah maupun
terlalu kering dapat diminimalisir.
B.
Saran
Penggunaan bahan sebaiknya menggunakan barang bekasyang sudah tak
terpakai lagiuntuk menekan biaya modal awal. Asumsi akan mahalnya modal awal
dapat di inisiatifkan pada penggunaan barang-barang bekas disekitar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Harap bertanya ataupun berkomentar dengan bahasa yang sopan. Saran dan kritik yang membangun kami terima.